Jumat, 09 Januari 2015

TOPI POSDAYA, TOPI TANPA PERBEDAAN...

Bismillah..
    Sebenarnya, sudah sangat lama saya memikirkan cerita tentang topi posdaya ini. Tepatnya ketika seusai Kuliah Kerja Nyata (KKN), awal tahun 2013 silam.


Topi POSDAYA LPPM UNSOED

    Topi Posdaya ini merupakan salah satu atribut kelengakapan mahasiswa ketika melaksanakan KKN. Mungkin selain untuk menunjukkan identitas Universitas, topi juga berfungsi sesuai dengan kegunaan utamanya, yakni melindungi kepala, dan wajah dari pancaran sinar matahari yang cukup terik. Maklum biasanya kegiatan KKN dilakukan diluar ruangan, atau langsung dibawah pancaran sinar matahari.

    Ketika kami pertama mendarat di desa kkn, kami diharuskan memperkenalkan diri, emminta izin, serta dari LPPM kami diharuskan menyerahkan 1 topi posdaya untuk kepala Desa setempat, mungkin utnuk kenang-kenangan ya.. hehehe. Setiap kegitan KKN, jas almamater dan topi posdaya merupakan atribut yang hampir selalu dipakai para mahasiswa. Setelah kegiatan KKn selama 1 bulan lebih didesa selesai biasanya sebagian mahasiswa ada yang meninggalkan topi posdaya untuk kenang-kenangan di desa, namun juga ada yang membawa pulang, mungkin untuk koleksi sejarah pas kuliah ya.. hehehe.
    Namun.. bukan tentnag topi posdaya dan KKN yang akan saya ceritaken.. tetapi kehebatan topi POSDAYA yang dipakai semua golongan. Awalnya saya kurang memperhatikan pemakai topi Posdaya, namun setelah KKN ternyata cukup banyak yang menggunakan topi Posdaya ini. Bayangkan saja topi Posdaya ini tidak memandang perbedaan pangkat, kekayaan, jabatan, tua, muda, pria dan wanita. Awal pemberangkatan kuliah ada serah-serahan topi ini dari para pejabat universita, kemudian para bupati daerah yang turut menjadi tamu undangan ketika acara pelepasan mahasiswa KKN. Sesampainya di desa KKN kepala desa juga mengenakan topi posdaya ini. Bhakan pernah ada cerita lucu dari kepala desa KKN saya Bp. Priyono,. Begini, ketika beliau sedang turun, mungkin jalan-jalan ke desa laini pada masa KKN, ada salah seorang mahasiswa yang mungkin juga peserta KKN dari desa lain, dan menyapa beliau ditengah jalan (kepala desa KKN kami), begini nadanya "Bro, KKn didesa mana?" lantas Bp. Priyono pun menjawab, "Tanalum Bro.." hehehehe. Dosen pembimbing lapang (DPL) juga menggunkan topi posdaya ini ketika melakukan sidak ke desa-desa. Seolah-olah topi posdaya ini menyatukan perbedaan dan gengsi dosen yang "biasanya" memiliki gengsi tinggi didepan para mahasiswanya hehehe.
    Penggunaan topi posdaya ini, bukan hanya di sekitar lingkungan kampus dan desa penyelenggara KKN. Ternayata saya pernah melakukan perjalanan keluar daerah universitas, topi posdaya lppm Unsoed ini masih ada yang senang menggunakannya. Seperti supir truk, tukang parkir, petualang, pejalan sehat dan lainya. Mungkin karena kombinasi warnanya serta model yang merakya, itulah sebab topi Posdaya menjadi favorit semua golongan hehehe. Andaikan semua golongan baik kaya-miskin, penguasa-rakyat biasa, dosen-mahasiswa, bisa menyatu dan tanpa perbedaan seperti pemakaian topi posdaya ini...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar