Senin, 12 Januari 2015

5 SIFAT PENYELAMAT KERUGIAN DUNIA DAN AKHIRAT


5 SIFAT PENYELAMAT KERUGIAN DUNIA DAN AKHIRAT

   
demi masa. 2. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S Al ‘Ashr 1-3)
Berikut 5 sifat atau hal yang dapat menyelamatkan kita dari kerugian dunia dan akhirat serta Insya Allah pembawa sebab kita masuk ke surga- Allah SWT.:
1.     Keimanan yang berlandaskan Ilmu yang benar.(ILalladiina aamanuu)
Iman adalah kita yakin seyakin-yakinya tanpa ada keraguan sedikitpun didalam hati. Hadits Jibril tentang 6 tukun Iman
....”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh, beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir, dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang tadi berkata: ”Engkau benar.”  ....(H.R Muslim)
Salah satu Ilmu yang paling penting adalah Ilmu mengimani Allah, dan sesungguhnya ilmu itu hanya diperoleh dengan belajar, Mencari atau menuntut ilmu haruslah kepada orang yang ahli ilmu, karena  jika tidak seperti yang disabdakan oleh Rasulullah SAW,
“..apabila suatu perkara telah di serahkan kepada yang bukan ahlinya maka nantikanlah kiamat” (H.R Bukhari)
Kita telah banyak mendengar dari kultum yang telah lampau seperti tentang keutamaan ilmu. “Allah meninggikan beberapa derajat orang yang beriman dan berilmu” (Q.S Mujadillah : 11). Bahkan Rasulullah SAW mewanti-wanti kita dengan sebuah sabdanya “menuntut ilmu hukumnya Wajib bagi tiap muslim muslimat” (H.R Ibnu Majah). Rasulullah SAW juga memberi motivasi kepada kita dalam sabda beliau SAW: “Barangsiapa meniti jalan mencari Ilmu maka Allah akan mudahkan jalanya ke Surga” (H.R Muslim)

2. Beramal Sholeh yang Ikhlas dan sesuai tuntunan yang benar (Wa’amilusholihaati..)
Amalan yang paling baik adalah yang paling Ikhlas dan paling benar. Syarat diterimanya suatu amalan ada 2 yakni pertama Ikhlas karena mengharap ridho dan pahala dari Allah SWT, yang kedua sesuai dengan yang dituntunkan oleh Rasulullah SAW dan para sahabat.
·         Ikhlas karena mengharap ridho Allah SWT:
Dalam surat yang sering kita dengarkan Al Bayyinah ayat 5 Allah menyebutkan:

“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.” (Q.S Al Bayyinah; 5)
Dalam ayat terakhir surat Al Kahfi yang di sunnahkan baca pada malam Jum’at, Allah juga bersabda:
   Katakanlah: Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya, Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Q.S Al Kahfi : 110)

·         Kedua,  sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW dan para sahabat,
Seperti dalam sabda beliau SAW:
Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap ajaranku (Al Qur;an dan As Sunnah) dan ajaran Khulafaurrasyidin yang mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham. Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara bid’ah adalah sesat “ (H.R Abu Dawud dan Turmudzi sanandnya hasan Shahih)
Sehingga apabila kita beribadah harus ada dasarnya atau landasan dalil dari Rasulullah, bukan hanya mayoritas, apalagi jangan sampai kita melakukan ibadah tanpa ada dasarnya, dan mengatakan “orang tua kami dari dahulu melakukan ini”, jika seperti itu kita tidak ada bedanya dengan kaum-kaum yang telah Allah Firmankan dalam Al Qur’an :

“dan apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat petunjuk?". (Q.S Al Baqoroh : 170)
            Dalam Sebuah hadits Rasulullah SAW juga bersabda:
“Siapa yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya), maka dia tertolak.” (H.R Bukhari & Muslim)
Dalam Islam beramal harus dilandasi ilmu yang benar, setelah berilmu harus beramal. Karena Allah telah berfirman:
  
"Wahai orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu kerjakan?, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa yang tidak kamu kerjakan." (Q.S As Shaf 2-3)
Jangan sampai kita menyerupai kaum Yahudi yang Berilmu namun tidak beramal sehingga dimurkai oleh Allah, malaikat, Rosul, dan kaum muslimin. Atau seperti kaum Nasrani yang Beramal tanpa Ilmu sehingga mereka kaum yang tersesat. Maka dari itu setiap kita Sholat selalu meminta perlindungan kepada Allah SWT dari kaum yang di dimurkai dan kaum yang tersesat, na’udzubillah.

3.     Saling nasehat menasehati dalam Kebenaran (Dakwah) (Watawaa shaubil haq)
Dakwah di sini adalah mengerjakan Amar ma’ruf nahi munkar atau mengajak manusia berbuat kebaikan dan mencegah manusia berbuat kemungkaran. Dakwah dilakukan menurut kesanggupan kita, dakwah tidak harus kita berceramah ditdepan orang banyak, namun dapat kita lakukan mulai dari lungkungan yang terkecil, seperti mendakwahkan ilmu yang telah kita peroleh kepada bapak, ibu, kakak, adik, keluarga, teman karib, tetangga dsb. Dalam Al Qur’an surat Ali Imron 104 Allah SWT berfirman:

dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; merekalah orang-orang yang beruntung.(Q.S Ali Imron: 104)
Dalam ayat ke 110 Ali imron Juga dijelaskan
 
“kalian adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik.”( Q.S Ali Imron 110)
  Dalam ayat sebelumnya Ali Imron 103, Allah juga memerintahakan kita agar bersatu dan jangan bercerai berai, disitu terdapat perintah amar ma’ruf nahi munkar. Allah juga telah mencontohkan dakwah dalam keluarga, bisa diliat dalam surat Luqman ayat 12-19, ketika Luqman Al Hakim mendakwahkan ilmu kepada anaknya.
Contoh amar ma’ruf dalam lingkungan keluarga seperti mengajak kelurga untuk melaksanakan sholat.


“dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, Kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa.” (Q.S Thohaa 132)
Contoh kecil nahi munkar/ mencegah kemungkaran, anak-anak agar tidak berkeliaran ketika malam tiba, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila datang atau menjelang malam hari (maghrib), maka tahanlah anak-anakmu, karena setan telah bertaburan pada saat-saat itu...” (H.R Bukhari)
4.     Bersabar dalam mengerjakannya (Watawa shaubisshabr)
Sabar memang suatu sifat yang mudah diucapakan oleh lisan, namun Allah SWT telah menyediakan pahala yang besar bagi orang-orang yang senantiasa bersabar.

“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang sabar.” (Q.S Al Baqoroh 153)

 Bahkan sabar juga merupakan penolong seperti yang tertera pada ayat tadi. Sabar disini adalah meliputi semua hal, sabar seperti tertimpa musibah, melaksanakan ketaatan kepada Allah, sabar menahan dan menghadapi maksiat kepada Allah dsb. Dalam surat Thohaa ayat 132 tadi, kita juga diwajibkan bersabar dalam mengajak kebaikan karena Allah lah yang memberikan rezeki kepada para Hamba-Nya. Sabar juga merupakan perkara yang diwajibkan,.
“Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman : 17)
5.     Saling berkasih sayang antar sesama (Watawa shaubil marhamah)
Sifat kasih sayang ini tidak terdapat dalam surat Al ‘ashr, namun terdapat dalam surat dalam surat Al Balad ayat 17:
 
“dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (Q.S Al Balad: 17)
Rasulullah Muhammad SAW merupakan manusia yang paling penyayang terhadap sesama Muslim. Bahkan ada yang mengatakan “ jika orang tua kita melindungi kita dari api di dunia karena sayang, Beliau Rasulullah SAW selalu berkasih sayang karena melindungi umatnya dari api neraka.
 
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka...”(Q.S Al Fath: 29)

Rasulullah saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan sulit tidur dan demam.” (H.R Muslim)
Kita juga bisa meniru Luqman Al hakim ketika beliau medakwahkan ilmu kepada anaknya, beliau memberi nasehat dengan lemah lembut dan penuh cinta kasih sayang.

“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S Luqman 13)
Bahkan Allah SWT memerintahkan nabi Musa AS, agar berlaku lemah lembut kepada Fir’aun yang kejam ketika menyampaikan dakwahnya.

“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun, Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut, Mudah-mudahan ia ingat atau takut".(Q.S Thohaa 43-44)
Demikianlah dari kami, mudah-mudahan kita dapat mengamalkan kelima sifat diatas dengan perlahan tapi pasti, dan semoga terbebas dari kerugian dunia dan akhirat, serta semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, dan memasukkan kita kedalam Surga-Nya kelak. Allahumma Aamiin.
Wallahu’alam bishowab.
SUBHANAKALLOHUMA WABIHAMDIKA
ASYHADUANLAA ILLAHAILLA ANTA ASTAGFIRUKA WA ATUBUILAIK
Oleh: Ust. Abdullah Zaen (Pengajian Rabu Malam Rutin di Masjid Agung Darussalam Purbalingga Jateng)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar