5 SIFAT PENYELAMAT KERUGIAN DUNIA DAN AKHIRAT
“demi masa. 2.
Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian, 3. kecuali orang-orang
yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati
kebenaran dan nasehat menasehati supaya menetapi kesabaran.” (Q.S Al ‘Ashr 1-3)
Berikut
5 sifat atau hal yang dapat menyelamatkan kita dari kerugian dunia dan akhirat
serta Insya Allah pembawa sebab kita masuk ke surga- Allah SWT.:
1.
Keimanan yang
berlandaskan Ilmu yang benar.(ILalladiina aamanuu)
Iman adalah kita yakin
seyakin-yakinya tanpa ada keraguan sedikitpun didalam hati. Hadits Jibril
tentang 6 tukun Iman
....”Lalu terangkanlah kepadaku tentang iman”. (Rosululloh) menjawab: ”Hendaklah engkau beriman kepada Alloh,
beriman kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, para utusan-Nya, hari akhir,
dan hendaklah engkau beriman kepada taqdir yang baik dan yang buruk.”Orang
tadi berkata: ”Engkau benar.”
....(H.R
Muslim)
Salah satu Ilmu
yang paling penting adalah Ilmu mengimani Allah, dan sesungguhnya ilmu itu hanya
diperoleh dengan belajar, Mencari atau menuntut ilmu haruslah kepada orang yang ahli ilmu,
karena jika tidak seperti yang
disabdakan oleh Rasulullah SAW,
“..apabila suatu perkara
telah di serahkan kepada yang bukan ahlinya maka nantikanlah kiamat” (H.R
Bukhari)
Kita telah banyak
mendengar dari kultum yang telah lampau seperti tentang keutamaan ilmu. “Allah meninggikan beberapa derajat orang
yang beriman dan berilmu” (Q.S Mujadillah : 11). Bahkan Rasulullah SAW mewanti-wanti
kita dengan sebuah sabdanya “menuntut ilmu hukumnya Wajib bagi tiap muslim
muslimat” (H.R Ibnu Majah). Rasulullah SAW juga memberi motivasi kepada kita
dalam sabda beliau SAW: “Barangsiapa meniti jalan mencari Ilmu maka Allah akan
mudahkan jalanya ke Surga” (H.R Muslim)
2. Beramal Sholeh yang
Ikhlas dan sesuai tuntunan yang benar (Wa’amilusholihaati..)
Amalan yang paling baik
adalah yang paling Ikhlas dan paling benar. Syarat diterimanya suatu amalan ada
2 yakni pertama Ikhlas karena mengharap ridho dan pahala dari Allah SWT, yang
kedua sesuai dengan yang dituntunkan
oleh Rasulullah SAW dan para sahabat.
·
Ikhlas karena mengharap
ridho Allah SWT:
Dalam surat yang sering kita dengarkan
Al Bayyinah ayat 5 Allah menyebutkan:
“Padahal
mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus, dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.” (Q.S Al Bayyinah; 5)
Dalam ayat terakhir surat Al Kahfi yang di sunnahkan
baca pada malam Jum’at, Allah juga bersabda:
Katakanlah:
Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, yang diwahyukan kepadaku: "Bahwa Sesungguhnya Tuhan kamu itu
adalah Tuhan yang Esa". Barangsiapa mengharap perjumpaan dengan Tuhannya,
Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh dan janganlah ia mempersekutukan
seorangpun dalam beribadat kepada Tuhannya". (Q.S Al Kahfi : 110)
·
Kedua,
sesuai dengan tuntunan Rasulullah SAW
dan para sahabat,
Seperti dalam sabda beliau SAW:
”Hendaklah kalian berpegang teguh terhadap
ajaranku (Al Qur;an dan As Sunnah) dan ajaran Khulafaurrasyidin yang
mendapatkan petunjuk, gigitlah (genggamlah dengan kuat) dengan geraham.
Hendaklah kalian menghindari perkara yang diada-adakan, karena semua perkara
bid’ah adalah sesat “ (H.R Abu Dawud dan Turmudzi sanandnya hasan Shahih)
Sehingga apabila kita beribadah harus ada dasarnya atau landasan dalil
dari Rasulullah, bukan hanya mayoritas, apalagi jangan sampai kita melakukan
ibadah tanpa ada dasarnya, dan mengatakan “orang
tua kami dari dahulu melakukan ini”, jika seperti itu kita tidak ada
bedanya dengan kaum-kaum yang telah Allah Firmankan dalam Al Qur’an :
“dan
apabila dikatakan kepada mereka: "Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah," mereka menjawab: "(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek
moyang kami". "(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun
nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apapun, dan tidak mendapat
petunjuk?". (Q.S Al Baqoroh : 170)
Dalam Sebuah hadits Rasulullah SAW
juga bersabda:
“Siapa
yang mengada-ada dalam urusan (agama) kami ini yang bukan (berasal) darinya),
maka dia tertolak.” (H.R Bukhari & Muslim)
Dalam Islam
beramal harus dilandasi ilmu yang benar, setelah berilmu harus beramal. Karena
Allah telah berfirman:
"Wahai
orang-orang yang beriman, kenapakah kamu mengatakan sesuatu yang tidak kamu
kerjakan?, Amat besar kebencian di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa-apa
yang tidak kamu kerjakan." (Q.S As Shaf 2-3)
Jangan sampai kita menyerupai kaum Yahudi yang Berilmu
namun tidak beramal sehingga dimurkai oleh Allah, malaikat, Rosul, dan kaum
muslimin. Atau seperti kaum Nasrani yang Beramal tanpa Ilmu sehingga mereka
kaum yang tersesat. Maka dari itu setiap kita Sholat selalu meminta
perlindungan kepada Allah SWT dari kaum yang di dimurkai dan kaum yang tersesat,
na’udzubillah.
3.
Saling nasehat menasehati
dalam Kebenaran (Dakwah) (Watawaa shaubil haq)
Dakwah di sini adalah
mengerjakan Amar ma’ruf nahi munkar atau mengajak manusia berbuat kebaikan dan
mencegah manusia berbuat kemungkaran. Dakwah dilakukan menurut kesanggupan
kita, dakwah tidak harus kita berceramah ditdepan orang banyak, namun dapat
kita lakukan mulai dari lungkungan yang terkecil, seperti mendakwahkan ilmu
yang telah kita peroleh kepada bapak, ibu, kakak, adik, keluarga, teman karib,
tetangga dsb. Dalam Al Qur’an surat Ali Imron 104 Allah SWT berfirman:
dan hendaklah ada di antara kamu
segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar;
merekalah orang-orang yang beruntung.(Q.S Ali Imron: 104)
Dalam ayat ke 110 Ali imron Juga
dijelaskan
“kalian adalah umat yang terbaik yang
dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma'ruf, dan mencegah dari yang
munkar, dan beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu
lebih baik bagi mereka, di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan
mereka adalah orang-orang yang fasik.”( Q.S Ali Imron 110)
Dalam ayat sebelumnya Ali Imron 103, Allah juga memerintahakan kita agar
bersatu dan jangan bercerai berai, disitu terdapat perintah amar ma’ruf nahi
munkar. Allah juga telah mencontohkan dakwah dalam keluarga, bisa diliat dalam
surat Luqman ayat 12-19, ketika Luqman Al Hakim mendakwahkan ilmu kepada anaknya.
Contoh amar ma’ruf dalam lingkungan keluarga seperti
mengajak kelurga untuk melaksanakan sholat.
“dan
perintahkanlah kepada keluargamu
mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak
meminta rezki kepadamu, Kamilah yang
memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang
bertakwa.” (Q.S Thohaa 132)
Contoh kecil nahi
munkar/ mencegah kemungkaran, anak-anak agar tidak berkeliaran ketika malam
tiba, dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda:
“Apabila datang
atau menjelang malam hari (maghrib), maka tahanlah anak-anakmu, karena setan
telah bertaburan pada saat-saat itu...” (H.R Bukhari)
4.
Bersabar dalam
mengerjakannya (Watawa shaubisshabr)
Sabar
memang suatu sifat yang mudah diucapakan oleh lisan, namun Allah SWT telah
menyediakan pahala yang besar bagi orang-orang yang senantiasa bersabar.
“Hai orang-orang yang beriman, Jadikanlah
sabar dan shalat sebagai penolongmu, Sesungguhnya Allah beserta orang-orang
yang sabar.” (Q.S Al Baqoroh 153)
Bahkan
sabar juga merupakan penolong seperti yang tertera pada ayat tadi. Sabar disini
adalah meliputi semua hal,
sabar seperti tertimpa musibah, melaksanakan ketaatan kepada Allah, sabar
menahan dan menghadapi maksiat kepada Allah dsb. Dalam surat Thohaa ayat 132 tadi,
kita juga diwajibkan bersabar dalam mengajak kebaikan karena Allah lah yang
memberikan rezeki kepada para Hamba-Nya. Sabar juga merupakan perkara yang
diwajibkan,.
“Hai
anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan
cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang
demikian itu Termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).” (Luqman : 17)
5.
Saling berkasih sayang
antar sesama (Watawa shaubil marhamah)
Sifat
kasih sayang ini tidak terdapat dalam surat Al ‘ashr, namun terdapat dalam
surat dalam surat Al Balad ayat 17:
“dan dia termasuk orang-orang yang beriman
dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.”
(Q.S Al Balad: 17)
Rasulullah
Muhammad SAW merupakan manusia yang paling penyayang terhadap sesama Muslim. Bahkan
ada yang mengatakan “ jika orang tua kita melindungi kita dari api di dunia
karena sayang, Beliau Rasulullah SAW selalu berkasih sayang karena melindungi
umatnya dari api neraka.
“Muhammad itu adalah utusan Allah dan
orang-orang yang bersama dengan Dia adalah keras terhadap orang-orang kafir,
tetapi berkasih sayang sesama
mereka...”(Q.S Al Fath: 29)
Rasulullah
saw. bersabda: “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling kasih, saling
menyayang dan saling cinta adalah seperti sebuah tubuh, jika salah satu
anggotanya merasa sakit, maka anggota-anggota tubuh yang lain ikut merasakan
sulit tidur dan demam.” (H.R Muslim)
Kita
juga bisa meniru Luqman Al hakim ketika beliau medakwahkan ilmu kepada anaknya,
beliau memberi nasehat dengan lemah lembut dan penuh cinta kasih sayang.
“dan (ingatlah) ketika Luqman berkata
kepada anaknya, di waktu ia memberi pelajaran kepadanya: "Hai anakku,
janganlah kamu mempersekutukan Allah, Sesungguhnya mempersekutukan (Allah)
adalah benar-benar kezaliman yang besar". (Q.S Luqman 13)
Bahkan
Allah SWT memerintahkan nabi Musa AS, agar berlaku lemah lembut kepada Fir’aun
yang kejam ketika menyampaikan dakwahnya.
“Pergilah kamu berdua kepada Fir'aun,
Sesungguhnya Dia telah melampaui batas; Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya
dengan kata-kata yang lemah lembut,
Mudah-mudahan ia ingat atau takut".(Q.S Thohaa 43-44)
Demikianlah
dari kami, mudah-mudahan kita dapat mengamalkan kelima sifat diatas dengan
perlahan tapi pasti, dan semoga terbebas dari kerugian dunia dan akhirat, serta
semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, dan memasukkan kita kedalam Surga-Nya
kelak. Allahumma Aamiin.
Wallahu’alam bishowab.
SUBHANAKALLOHUMA
WABIHAMDIKA
ASYHADUANLAA ILLAHAILLA ANTA ASTAGFIRUKA WA ATUBUILAIK
Oleh: Ust. Abdullah Zaen (Pengajian Rabu Malam Rutin di Masjid Agung Darussalam Purbalingga Jateng)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar