PENDAHULUAN
Teknologi
pengemasan bahan pangan yang
modern mencakup pengemasan atmosfir termodifikasi
(Modified Atmosfer Packaging/MAP), pengemasan
aktif (Active Packaging) dan Smart
Packaging, bertujuan
untuk semaksimal mungkin
meningkatkan keamanan dan
mutu bahan sebagaimana bahan
alaminya.
MAP
(Modified
Atmosphere Packaging) umumnya
menghalangi pergerakan udara, memungkinkan proses respirasi normal produk mengurangi kadar oksigen dan
meningkatkan kadar karbon dioksida udara di dalam kemasan.
Ahli-ahli pengemasan
sering menganggap bahwa MAP
merupakan satu dari bentuk
kemasan aktif, karena
banyak metode kemasan
aktif juga memodifikasi komposisi udara
di dalam kemasan
bahan pangan. Ide
penggunaan kemasan aktif bukanlah hal
yang baru, tetapi
keuntungan dari segi
mutu dan nilai
ekonomi dari teknik ini merupakan perkembangan terbaru dalam
industri kemasan bahan pangan.
Keuntungan dari teknik
kemasan aktif adalah
tidak mahal (relatif
terhadap harga produk yang
dikemas), ramah lingkungan,
mempunyai nilai estetika
yang dapat diterima dan sesuai
untuk sistem distribusi.
Tujuan dari
kemasan aktif atau
interaktif adalah untuk mempertahankan mutu produk dan
memperpanjang masa simpannya. Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai
:
- bahan penyerap O2 (oxygen scavangers)
- bahan penyerap atau penambah (generator) CO2
- ethanol emiters
- penyerap etilen
- penyerap air
- bahan antimikroba
- heating/cooling
- bahan penyerap (absorber) dan yang dapat
mengeluarkan aroma/flavor
- pelindung cahaya (photochromic)
ANALISIS PENERAPAN TEKNOLOGI MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING/MAP DI
INDONESIA
Penerapan
MAP di Indonesia sudah ada di Indonesia , namun masih jarang penggunaannya
dalam produk-produk pangan. Biasanya hanya digunakan untuk pelapis dalam
container ketika hendak mengirimkan bahan pangan dalam jumlah yang cukup
banyak. Penerapan teknologi MAP kali ini mengacu pada 5 jurnal dari tugas
terstruktur kelompok kami.
Jurnal
pertama tentang Aplikasi Elektronik Terhadap
Penilaian Kualitas Daging Ternak yang Disimpan Dalam Sistem Modifikasi
Pengemasan Atmosfir (MAP). Indonesia
memiliki berbagai jenis ternak yang menghasilkan daging seperti sapi, kambing,
unggas, dan sebagainya. Produk daging merupakan produk yang rentan terhadap
serangan mikroorganisme, apabila tidak ada penanganan lanjutan daging –daging
cepat membusuk. Pengemasan merupakan salah satu cara agar daging lebih awet dan
tahan lama. Prinsip MAP sendiri mengurangi aliran oksigen dan meningkatkan kadar
karbondioksida pada kemasan. Semakin sedikit aliran oksigen, akan menghambat
aliran udara juag, sehingga bakteri tidak mudah menembus ked aging tersebut.
Jurnal kedua adalah
mengenai Pengaruh Modifikasi Pengemasan
Atmosfir (MAP) dan Metode Pengemasan Hampa Udara (UV) Terhadap Segi Kualitas
Asap Ikan Mullet (Mugil cephalus). Indonesia
merupakan negara maritime atau memiliki wilayah perairan yang luas. Setiap
harinya para nelayan-nelayan di Indonesia dapat memperoleh hasil perairan yang
dapat mencapai ratusan ton. Dapat dibayangkan apabila tidak proses penanganan
lanjutan setelah ditangkap. Ikan atau hasil laut lainnya merupakan produk yang
memiliki kadar air cukup tinggi, sehingga proses pengawetan harus dilakukan
secepat, sebenar mungkin. Produk ikan dapat berupa produk utuh atau produk
olahan yang telah digiling/dihancurkan. Hasil penelitian jurnal tersebut
membuktikan bahwa, pengemasan MAP lebih baik dari pengemasan lain dalam hal
lama penyimpanan dan sedikitnya jumlah mikroorganisme, baik produk ikan utuh
maupun produk ikan giling/hancur.
Berikutnya, jurnal
mengenai Pengaruh Kemasan Atmosfer Dimodifikasi pada Kualitas dan Landas Kehidupan
Olahan Wortel Minimal.
Wortel dan umbi-umbian lain merupakan produk yang daya awetnya lebih lama dari
produk daging, buah dan sayuran hijau. Namun, apabila produk umbi-umbian telah
diolah dengan cara dipotong atau dihancurkan, akan cepat mengalami respirasi
dan pada akhirnya terjadi kerusakan. Pengemasan MAP akan menghambat aliran
oksigen yang menyebabkan proses respirasi berjalan lambat, dan produk menjadi
lebih awet.
Jurnal keempat tentang Analisa
Pada Salak Pondoh Selama penyimpanan Atmosfir Termodifikasi.
Penyimpanan dalam atmosfir terkendali mempunyai keuntungan dapat mencegah
proses pematangan serta perubahan kimia dan fisiologis pada bahan. Indonesia
merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya, salak merupakan salah satunya.
Salak merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, dan
menjadi salah satu favorit masyarakat yakni salak Pondoh. Hasil penelitian
menyebutkan bahwa, produk salak yang dikemas dalam MAP lebih diterima secara
sensoris oleh konsumen/masyarakat. Hal tersebut menandakan pengemasan teknologi
MAP lebih menguntungkan dan menarik minat konsumen.
Jurnal terakhir atau
yang kelima mengenai Model Pelunakan
Buah Pisang Raja (Musa sp.) Yang disimpan Dalam Atmosfir Termodifikasi. Pisang
merupakan buah yang paling sering dijumpai di Indonesia. Pisang cepat matang
apabila terkena gas etilen, dan apabila telah matang maka daya simpan akan
menjadi berkurang. Pengemasan teknologi MAP dapat mencegah terbentuknya gas
etilen, dan menunda pematangan pada pisang. Di Indonesia , biasanya para
penjual pisang memetik buah sebelum matang, dengan tujuan ketika matang dapat
langsung dijual. Namun dengan teknologi pengemasan MAP, buah akan lama daya
awetnya, serta dapat menambah keuntungan dari segi ekonomis.
KESIMPULAN
DAN SARAN
KESIMPULAN
1. Modified
atmosphere packaging merupakan teknologi pengemasan yang dilakukan pada produk
pangan dengan tujuan agar dapat mempertahankan umur simpan produk pangan
tersebut.
2. MAP
di Indonesia perlu diterapkan untuk produk-produk pangan, selain memperlama
umur simpan produk, dapat meningkatkan nilai sensoris, yang secara langsung
berhubungan nilai ekonomis produk dan keuntungan.
SARAN
Perlu dilakukan
penelitian lebih lanjut tentang MAP, dan penyuluhan terhadap pengusha-pengusaha
produk pangan terhadap teknoogi pengemasan Modified
Atmosphere Packaging (MAP).
DAFTAR PUSTAKA
Church, N., 1998. MAP fish and crustaceans-sensory enhancement. Food
Sci Technol. Today, 12(2): 73-83.
Fennema,
O. R.1976. Principle of food Sience. Part I. Marcel Dekker Inc. New York.
Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta,
Jakarta.
Pantastico,
Er. B. (Ed.). 1975. Postharvest Physiology; Handling and Utilization of
Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. The AVI Connecticut.
Tranggono,
Suhardi dan Umar Santoso. 1992. Memperpanjang Umur Simpan Buah Salak Pondoh
dengan Penyimpanan dalam Atmosfir Termodifikasi. Laporan Penelitian (Tidak
dipublikasikan). PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yang, C. C. and M.S.
Chinnan. 1987. Modeling of Development of Tomatos In Modified Atmosphere
Storage. Trans. Of The ASAE. Vol 30(2): 548-553
Tidak ada komentar:
Posting Komentar