Kamis, 08 Januari 2015

PENERAPAN MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING (MAP) DI INDONESIA



PENDAHULUAN
Teknologi pengemasan bahan  pangan  yang  modern  mencakup  pengemasan atmosfir  termodifikasi  (Modified Atmosfer  Packaging/MAP),  pengemasan  aktif  (Active  Packaging)  dan  Smart  Packaging, bertujuan  untuk  semaksimal  mungkin  meningkatkan  keamanan  dan  mutu  bahan sebagaimana bahan alaminya.

MAP (Modified  Atmosphere  Packaging) umumnya menghalangi pergerakan udara, memungkinkan proses respirasi normal produk mengurangi kadar oksigen dan meningkatkan kadar karbon dioksida udara di dalam kemasan.
Ahli-ahli  pengemasan  sering  menganggap  bahwa MAP  merupakan  satu  dari bentuk  kemasan  aktif,  karena  banyak  metode  kemasan  aktif  juga  memodifikasi komposisi  udara  di  dalam  kemasan  bahan  pangan.    Ide  penggunaan  kemasan  aktif bukanlah  hal  yang  baru,  tetapi  keuntungan  dari  segi  mutu  dan  nilai  ekonomi  dari teknik  ini merupakan perkembangan  terbaru dalam  industri kemasan bahan pangan.  Keuntungan  dari  teknik  kemasan  aktif  adalah  tidak  mahal  (relatif  terhadap  harga produk  yang  dikemas),  ramah  lingkungan,  mempunyai  nilai  estetika  yang  dapat diterima dan sesuai untuk sistem distribusi.
Tujuan  dari  kemasan  aktif  atau  interaktif  adalah  untuk mempertahankan mutu produk dan memperpanjang masa simpannya. Pengemasan aktif merupakan kemasan yang mempunyai :
-  bahan penyerap O2 (oxygen scavangers)
-  bahan penyerap atau penambah (generator) CO2
-  ethanol emiters
-  penyerap etilen
-  penyerap air
-  bahan antimikroba
-  heating/cooling
-  bahan penyerap (absorber) dan yang dapat mengeluarkan aroma/flavor
-  pelindung cahaya (photochromic)


ANALISIS PENERAPAN TEKNOLOGI MODIFIED ATMOSPHERE PACKAGING/MAP DI INDONESIA

Penerapan MAP di Indonesia sudah ada di Indonesia , namun masih jarang penggunaannya dalam produk-produk pangan. Biasanya hanya digunakan untuk pelapis dalam container ketika hendak mengirimkan bahan pangan dalam jumlah yang cukup banyak. Penerapan teknologi MAP kali ini mengacu pada 5 jurnal dari tugas terstruktur kelompok kami.
Jurnal pertama tentang Aplikasi Elektronik Terhadap Penilaian Kualitas Daging Ternak yang Disimpan Dalam Sistem Modifikasi Pengemasan Atmosfir (MAP).  Indonesia memiliki berbagai jenis ternak yang menghasilkan daging seperti sapi, kambing, unggas, dan sebagainya. Produk daging merupakan produk yang rentan terhadap serangan mikroorganisme, apabila tidak ada penanganan lanjutan daging –daging cepat membusuk. Pengemasan merupakan salah satu cara agar daging lebih awet dan tahan lama. Prinsip MAP sendiri mengurangi aliran oksigen dan meningkatkan kadar karbondioksida pada kemasan. Semakin sedikit aliran oksigen, akan menghambat aliran udara juag, sehingga bakteri tidak mudah menembus ked aging tersebut.
Jurnal kedua adalah mengenai Pengaruh Modifikasi Pengemasan Atmosfir (MAP) dan Metode Pengemasan Hampa Udara (UV) Terhadap Segi Kualitas Asap Ikan Mullet (Mugil cephalus). Indonesia merupakan negara maritime atau memiliki wilayah perairan yang luas. Setiap harinya para nelayan-nelayan di Indonesia dapat memperoleh hasil perairan yang dapat mencapai ratusan ton. Dapat dibayangkan apabila tidak proses penanganan lanjutan setelah ditangkap. Ikan atau hasil laut lainnya merupakan produk yang memiliki kadar air cukup tinggi, sehingga proses pengawetan harus dilakukan secepat, sebenar mungkin. Produk ikan dapat berupa produk utuh atau produk olahan yang telah digiling/dihancurkan. Hasil penelitian jurnal tersebut membuktikan bahwa, pengemasan MAP lebih baik dari pengemasan lain dalam hal lama penyimpanan dan sedikitnya jumlah mikroorganisme, baik produk ikan utuh maupun produk ikan giling/hancur.
Berikutnya, jurnal mengenai Pengaruh Kemasan Atmosfer Dimodifikasi pada Kualitas dan Landas Kehidupan Olahan Wortel Minimal. Wortel dan umbi-umbian lain merupakan produk yang daya awetnya lebih lama dari produk daging, buah dan sayuran hijau. Namun, apabila produk umbi-umbian telah diolah dengan cara dipotong atau dihancurkan, akan cepat mengalami respirasi dan pada akhirnya terjadi kerusakan. Pengemasan MAP akan menghambat aliran oksigen yang menyebabkan proses respirasi berjalan lambat, dan produk menjadi lebih awet.
Jurnal keempat tentang Analisa Pada Salak Pondoh Selama penyimpanan Atmosfir Termodifikasi. Penyimpanan dalam atmosfir terkendali mempunyai keuntungan dapat mencegah proses pematangan serta perubahan kimia dan fisiologis pada bahan. Indonesia merupakan negara yang kaya akan hasil alamnya, salak merupakan salah satunya. Salak merupakan buah yang sering dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia, dan menjadi salah satu favorit masyarakat yakni salak Pondoh. Hasil penelitian menyebutkan bahwa, produk salak yang dikemas dalam MAP lebih diterima secara sensoris oleh konsumen/masyarakat. Hal tersebut menandakan pengemasan teknologi MAP lebih menguntungkan dan menarik minat konsumen.
Jurnal terakhir atau yang kelima mengenai Model Pelunakan Buah Pisang Raja (Musa sp.) Yang disimpan Dalam Atmosfir Termodifikasi. Pisang merupakan buah yang paling sering dijumpai di Indonesia. Pisang cepat matang apabila terkena gas etilen, dan apabila telah matang maka daya simpan akan menjadi berkurang. Pengemasan teknologi MAP dapat mencegah terbentuknya gas etilen, dan menunda pematangan pada pisang. Di Indonesia , biasanya para penjual pisang memetik buah sebelum matang, dengan tujuan ketika matang dapat langsung dijual. Namun dengan teknologi pengemasan MAP, buah akan lama daya awetnya, serta dapat menambah keuntungan dari segi ekonomis.

  KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN
1.      Modified atmosphere packaging merupakan teknologi pengemasan yang dilakukan pada produk pangan dengan tujuan agar dapat mempertahankan umur simpan produk pangan tersebut.
2.      MAP di Indonesia perlu diterapkan untuk produk-produk pangan, selain memperlama umur simpan produk, dapat meningkatkan nilai sensoris, yang secara langsung berhubungan nilai ekonomis produk dan keuntungan.

SARAN
            Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang MAP, dan penyuluhan terhadap pengusha-pengusaha produk pangan terhadap teknoogi pengemasan Modified Atmosphere Packaging (MAP).

DAFTAR PUSTAKA

Church, N., 1998. MAP fish and crustaceans-sensory enhancement. Food Sci Technol. Today, 12(2): 73-83.
Fennema, O. R.1976. Principle of food Sience. Part I. Marcel Dekker Inc. New York.
Kartasapoetra, A.G., 1994. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Rineka Cipta, Jakarta.
Pantastico, Er. B. (Ed.). 1975. Postharvest Physiology; Handling and Utilization of Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. The AVI Connecticut.
Tranggono, Suhardi dan Umar Santoso. 1992. Memperpanjang Umur Simpan Buah Salak Pondoh dengan Penyimpanan dalam Atmosfir Termodifikasi. Laporan Penelitian (Tidak dipublikasikan). PAU Pangan dan Gizi Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Yang, C. C. and M.S. Chinnan. 1987. Modeling of Development of Tomatos In Modified Atmosphere Storage. Trans. Of The ASAE. Vol 30(2): 548-553

Tidak ada komentar:

Posting Komentar