Pengalengan
didefinisikan sebagai suatu cara pengawetan bahan pangan yang dipak/dikemas
secara hermetis (kedap terhadap air,
udara, mikroba, dan benda asing lainnya) dalam suatu wadah yang kemudian
disterilkan secara komersial untuk membunuh semua bakteri patogrn (penyebab
penyakit) dan mikroba pembusuk. Pengalengan secara hermetis memungkinkan
makanan dapat terhindar dari kebusukan, perubaham kadar air, kerusakan akibat
oksidasi, atau perubahan citarasa. Namun, karena dalam pengalengan makanan
digunakan sterilisasi komersial (bukan sterilisasi mutlak), mungkin saja masih
terdapat spora atau mikroba lain (yang tahan terhadap panas) yang dapat merusak
isi apabila kondisinya memungkinkan. Itulah sebabnya makanan dalam kaleng harus
disimpan dalam kondisi yang sesuai, segera setelah proses pengalengan selesai.
Dalam industri pengalengan
makanan, yang diterapkan adalah sterilisasi komesial (commercial sterility). Artinya, meskipun produk tersebut tidak 100%
steril, namun tetap bebas dari bakteri pembusuk dan patogen, sehingga tahan
untuk disimpan selama satu tahun lain dalam keadaan yang masih layak konsumsi.
Pengalengan
Tujuan utama pengolahan makanan adalah untuk mengawetkan
makanan yang mudah rusak dalam bentuk stabil yang dapat disimpan dan dikirim ke
pasar yang jauh selama berbulan-bulan. Pengolahan juga dapat merubah makanan
menjadi bentuk yang baru atau yang lebih bermanfaat dan membuat makanan tersebut
lebih mudah untuk disiapkan (Anonim, 2007a).
Salah satu metode dasar untuk pengolahan buah dan sayuran
adalah pengalengan. Pengalengan merupakan metode utama pengawetan makanan dan
menjadi dasar destruksi mikroorganisme oleh panas dan pencegahan rekontaminasi.
Kualitas makanan yang dikalengkan tidak hanya dipengaruhi oleh proses panas
tetapi juga metode-metode preparasi, misalnya preparasi yang melibatkan
pencucian, trimming, sortasi, blanching, pengisian dalam konUtainer, dan
penjagaan head space di dalam kaleng dengan penutupan vakum (Luh, 1975).
Tujuan
dari proses pengalengan adalah untuk membunuh mikroorganisme dalam makanan dan
mencegah rekontaminasi. Panas merupakan agensia umum yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme. Penghilangan oksigen digunakan bersama dengan metode
lain untuk mencegah pertumbuhan mikroorganisme yang memerlukan oksigen. Dalam
pengalengan konvensional buah dan sayur, ada tahapan proses dasar yang sama
untuk kedua tipe produk. Perbedaannya mencakup operasi khusus untuk beberapa
buah atau sayuran, urutan tahapan proses yang digunakan dalam operasi dan
tahapan pemasakan atau blanching (Anonim, 2007a).
TAHAP PROSES PENGALENGAN BUAH
Pemilihan (Sortasi/Grading)
Dipilih bahan yang
masak optimal untuk buah-buahan dan bahan yang berkualitas untuk sayuran,
daging atau ikan. Sortasi dan grading dapat dilakukan berdasarkan
ukuran/diameter, berat jenis atau warna (Anonim, 2008).
Pembersihan (Washing)
Pembersihan dimaksudkan
untuk menghilangkan kotoran-kotoran dari bahan baku; dapat dilakukan dengan
cara pencucian dengan air dingin untuk sayur- sayuran dan buah-buahan, dan
menghilangkan bagian-bagian yang tidak diinginkan untuk daging dan ikan. Pencucian
dapat dilakukan dengan cara merendam atau menyemprot bahan dengan air (Anonim,
2008).
Pengupasan
Tujuan pengupasan ialah
membuang bagian-bagian yang tidak dapat dimakan dan tidak diinginkan, seperti
kulit, tangkai, bagian-bagian yang cacat atau busuk, dll. Pengupasan dapat
dilakukan dengan :
• Pisau (sebaiknya
stainless steel)
• Secara mekanis
• Larutan alkali (lye
peeling)
Konsentarsi larutan
alkali (NaOH) yang dipakai tergantung dari jenis dan tingkat kematangan bahan,
umumnya sekitar 1,5 – 2,0 %. Pada cara pengelupasan dengan larutan NaOH, bahan
biasanya direndam dalam larutan tersebut, kemudian dicuci dengan air yang telah
ditambah asam (Anonim, 2008).
Pemberian CaCl2
(Kalsium khlorida)
Fungsi dari perendaman
dalam larutan CaCl2 adalah untuk mempertahankan
tekstur buah & sayur, tektur buah lebih keras hingga respirasi
&transpirasi dapat ditekan. Ferguson dan Drobak (1988)
menyatakan kalsium dapat
mereduksi atau menunda
kerusakan dinding sel.
Pengaruh ini biasanya diekspresikan pada penundaan pelunakan
buah. Kalsium juga mempertahankan fungsi membran.
Menurut Guzman et
al. (1999) aplikasi kalsium
secara umum dapat meningkatkan ketegaran
pada buah melon.
Ketegaran akibat perlakuan CaCl2
disebabkan adanya ion
kalsium yang berikatan
pada dinding sel
dan lamela tengah.
Selain penggunaan kalsium
khlorida (CaCl2) dapat
digunakan kalsium laktat sebagai alternatif untuk mempertahankan ketegaran. Guzman dan Barret (2000) menyatakan bahwa kalsium klorida (CaCl2)
pada umumnya digunakan oleh industri pengalengan buah sebagai agen
untuk mempertahankan ketegaran
buah.
Blanching
Dalam pengalengan, blanching diartikan sebagai pemasukan buah
atau sayuran ke dalam air mendidih atau mengukus dalam air mendidih yang berlebih
selama periode waktu tertentu diikuti dengan mecelupkannya dalam air dingin
untuk menghentikan pemasakan. Blanching akan merusak enzim yang mengakibatkan
perubahan warna, flavor dan tekstur. Blanching menghilangkan udara dari makanan
sehingga membuatnya lunak dan lebih mudah ditangani (Anonim, 2007b).
Menurut Winarno (1980),
blanching adalah pemanasan pendahuluan dalam pengolahan pangan. Blancing
merupakan tahap pra proses pengolahan bahan pangan yang biasa diakukan dalam
proses pengalengan, pengeringan sayuran dan buah-buahan.
Mulanya proses termal
dalam pengolahan merupakan suatu cara untuk menghilangkan aktivitas biologi
yang tidak diinginkan. Keuntungan yang diperoleh dari proses ini adalah mampu
memperpanjang umur simpan bahan pangan dalam wadah tertutup dan dapat
mempertahankan nutrisi dan mampu mempertahankan mutu yang ada dalam bahan.
Menurut
Praptiningsih (1999) blancing bertujuan untuk inaktivasi enzim, pembersihan
bahan-bahan mentah dan mengurangi kadar bakterinya, membuat jaringan berkerut
sehingga membuat pengisian bahan mentah menjadi mudah, mempertahankan dan
memperbaiki warna dan memprbaiki tekstur.
Blanching
dapat menyebabkan kerugian pada bahan, yaitu kehilangan zat gizi yang larut
dalam air dan peka terhadap panas, menghambat proses pengeringan bahan-bahan
yang mengandung pati menyebabkan kerusakan tekstur bila waktu blanching terlalu
lama.
Proses blanching mempunyai beberapa tujuan. Namun demikian
tidak dapat diaplikasikan untuk semua buah dan sayuran yang diperlakukan. Ada
beberapa reaksi yang merugikan yang dapat mempengaruhi kualitas produk
(Larousse, 1997).
Pengisian Larutan
Pengisian bahan ke
dalam wadah (kaleng atau botol) harus dilakukan sedemikian rupa sehingga tidak
terlalu banyak udara tertahan dalam wadah. Pengisian bahan jangan terlalu penuh
dan harus disisakan tempat kosong di bagian atas wadah (“ head space “). Volume
head space tak lebih dari 10 % dari kapasitas wadah. Gunanya head space adalah
supaya waktu proses sterilisasi masih ada tempat untuk pengembangan isi.
Pengisian bahan dilakukan dengan tangan atau mesin. Besar “ head space “ dalam
wadah sangat penting. Bila terlalu kecil akan sangat berbahaya, karena ujung
kaleng akan pecah akibat pengembangan isi selama pengolahan. Bila head space
tidak cukup, kecepatan pemindahan panas menurun, dengan demikian waktu
pengolahan lebih lama. Sebaliknya apabila “ head space “ terlalu besar, udara
yang terkumpul di dalam ruang tersebut lebih banyak, sehingga dapat menyebabkan
oksidasi dan perubahan warna bahan yang dikalengkan.
Dalam pengalengan buah-
buahan, kaleng diisi dengan buah-buahan dahulu, kemudian ditambahkan larutan
gula; konsentrasinya berbeda-beda tergantung dari jenis buah dan kualitas
produknya. Buah-buahan yang sudah manis menggunakan larutan gula yang lebih
encer. Demikian pula untuk menghasilkan produk dengan kualitas lebih rendah
dipakai larutan gula yang encer, sedangkan untuk kualitas baik dipakai larutan
kental.
Exhausting
Tujuan dari exhausting adalah menghilangkan udara sehingga
tekanan di dalam kaleng setelah perlakuan panas dan pendinginan sehingga
tekanan di dalam kaleng lebih rendah daripada tekanan atmosfer. Kondisi vakum
menjaga tutup kaleng tertutup sehingga mengurangi tingkat oksigen dalam head
space. Hal ini juga akan memperpanjang umur simpan dari produk makanan dan
mencegah penggembungan kaleng pada daerah yang tinggi. Pengurangan jumlah udara
bertujuan mengurangi oksigen dan kesempatan oksidasi dari bahan.
Maksud penghampaan :- Mencegah terjadinya tekanan yang berlebihan dalam wadah pada waktu sterilisasi
- Mengeluarkan O2 dan gas-gas dari makanan dan kaleng
- Mengurangi kemungkinan terjadinya karat atau korosi
- Agar tutup kaleng tetap cekung
- mencegah reaksi oksidasi yang dapat menimbulkan kerusakan flavor serta kerusakan vitamin, misalnya vitamin A dan vitamin C.
Vakum di dalam kaleng dihasilkan dari penggunaan panas atau
dengan cara mekanis. Vakum dalam kaleng dapat dihasilkan dari pemanasan kaleng
menggunakan steam pada suhu 80-90 0C selama 5-7 menit, diikuti
dengan sealing kaleng panas. Alternatif lain adalah dengan mechanical high
vacuum seamer pada suhu kamar. Beberapa produk, khususnya jus, dipanaskan
terlebih dahulu selama preparasi dan pengisian ke dalam kaleng. Kadang, sebelum
pengisian kaleng, udara dalam head space dihilangkan dengan steam, yang
terkondensasi setelah proses dan dengan cara demikian menyebabkan kondisi
vakum. Tingkat vakum dalam proses, pendinginan kaleng tergantung dari ukuran
kaleng dan jenis produk (Larousse, 1997).
Penutupan Wadah (Sealing)
Tujuan penutupan wadah
: Memasang tutup dari wadah sedemikian rupa, sehingga faktor-faktor penyebab
kerusakan tidak dapat masuk lagi ke dalamnya setelah dilakukan sterilisasi.
Penutupan kaleng
dilakukan dengan alat khusus. Penutupan kaleng harus sempurna, sebab kebocoran
dapat merusak produknya. Sebelum wadah ditutup diperiksa dahulu apakah head
space-nya sudah cukup dan sesuai dengan perhitungan. Setelah ditutup sempurna,
kaleng/wadah perlu dibersihkan jika ada sisa-sisa bahan yang menempel pada
dinding kaleng / wadah. Pencucian dilakukan dengan air panas (suhu sekitar 82,2
oC) yang mengandung larutan H2PO4 dengan konsentrasi 1,0 – 1,5 %, kemudian
dibilas dengan air bersih beberapa kali (Anonim, 2008)
Sterilisasi
Sterilisasi
adalah proses termal yang dilakukan pada suhu tinggi >1000C
dengan tujuan utama memusnahkan spora patogen dan pembusuk. Suatu produk
dikatakan steril bila tidak ada satupun mikroba yang dapat tumbuh pada produk tersebut
(Anonim,2010). Spora bakteri lebih tahan panas dibandingkan dengan sel
vegetatifnya.Sterilisasi (Processing) pada
pengalengan adalah proses pemanasan wadah serta isinya pada suhu dan jangka
waktu tertentu untuk menghilangkan atau mengurangi faktorfaktor penyebab
kerusakan makanan, tanpa menimbulkan gejala lewat pemasakan (over cooking) pada
makanannya. Suhu yang digunakan biasanya 121o C selama 20 – 40
menit, tergantung dari jenis bahan makanan.
Setiap jenis bahan pangan mempunyai suhu
dan lama sterilisasi yang berbeda, tergantung dari :
• Kecepatan penetrasi panas ke dalam bahan
pangan.
Kecepatan penetrasi panas dipengaruhi pula
oleh konsistensi bahan
•
Ketahanan panas (heat resistance) dari bakteri penyebab kerusakan dan penyakit.
Faktor ini ditentukan
oleh jenis bakteri, jumlah bakteri pada saat akan dilakukan sterilisasi dan pH
dari bahan pangan.Pada umumnya suhu sterilisasi yang biasa dilakukan pada
sayur-sayuran, daging, atau unggas di atas 100o C ( pada 121o
C), sedangkan untuk buah-buahan pada suhu 100o C.
Pendinginan
(Cooling)
Tujuan Pendinginan
antara lain untuk mencegah lewat pemasakan (over cooking) dari bahan pangan mencegah
tumbuhnya spora dari bakteri perusak bahan pangan yang belum mati (Anonim,
2008). Cara Pendinginan Kaleng / wadah yang sudah dipanaskan kemudian
didinginkan dengan air dingin sampai suhunya 35 – 40o C. Pendinginan
dapat dilakukan di dalam otoklaf sebelum autoklaf dibuka atau di luar otoklaf
dengan jalan menyemprotkan air dingin. Air pendingin sebaiknya mengalami
khlorinasi terlebih dahulu.
Pendinginan dilakukan sampai suhunya sedikit di
atas suhu kamar, maksudnya agar air yang menempel pada dinding wadah cepat
menguap, sehingga terjadinya karat dapat dicegah.
terimakasih, sangat membantu, semoga berkah. kunjungi juga blok kami www.maiwaberbagi.blogspot.com
BalasHapus