PENGINDERAAN
A.
MEKANISME PENGINDERAAN
Jika suatu benda mengirimkan sinar atau warna ke mata normal, makaorang
akan melihat bentuk dan warna benda itu. Jika sedikit garam diletakkan diatas
permukaan lidah, mulut menjadi berair dan asin benda itu dapat dikenali.
Demikian pula jika minyak wangi didekatkan ke hidung akan dikenali bau harm
yang disadari menyenangkan. Sebaliknya jika barang busuk diletakkan ke hidung
akan dikenali bau busuk dan dsadari memuakkan atau menolak.
Proses pengenalan atau
kesadaran akan sifat-sifat benda atau komodti karena indera mendapat rangsangan
dari benda-benda itu disebut penginderaan (sensation).
1. Pengertian penginderaan
Penginderaan adalah proses fisiologik dan reaksi psikologik (mental).
Indera manusia merupakan alat tubuh untuk mengadakan reaksi mental (sensation), penginderaan jika mendapat
rangsangan (stimulus) dari luar.
Reaksi mental ini di stau pihak menimbulkan kesadaran atau kesan akan benda
yang menimbulkan rangsangan ; dilain pihak kesadaran atau kesan itu menimbulkan
sikap terhadap benda yang merangsang itu. Sikap itu dapat berwujud menjauhi
atau tidak menyukai, jika rangsangan itu menimbulakan kesan yang tidak
menyenangkan atau menyukai, jika rangsangan itu menimbulakn kesan menyenangkan.
Kesadaran,
kesan dan sikap terhadap rangsangan adalah reaksi psikologik atau reaksi
subjektif. Karena itu pengukuran penilaian terhadap kesadaran ,kesan, dan sikap
disebut juaga pengukuran atau penilaian subjektif. Sedangkan penilaian suatu
benda dengan menggunakan alat pengukur disebut penilaian objektif. Karena
pengukuaran atau penilaian inid denag cara memberi penilaian terhadap alat atau
organ tubuh, maka disebut juga penilaian atau pengukutan organoleptik. Dalam
hal ini sebenarnya yang diukur atau dinilai adalah reaksi psikologis seseorang
setelah diberi rangsangan, karena itu penilaian ini disebut juga penilaian
sensorik.
2. Rangsangan
Rangsangan berasal dari
benda perangsang atau agen luar. Benda perangsang atau agen luar itu
mengeluarkan rangsangan yang diterima langsung dan secara spesifik oleh sel-sel
peka yang terdapat pada indera. Sel-sel peka yang menerima rangsangan (stimulus) membentuk susunan yang disebut
reseptor. Rangsangan sinar diterima oleh reseptor mata, rangsangan suara oleh
reseptor telinga, rangsangan panas oleh reseptor kulit. Satu benda dapat
mengeluarkan bermacam-macam rangsangan dalam waktu yang bersamaan. Jadi,
rangsangan yang sampai pada reseptor itu bermacam-macam tetapi hanya satu jenis
yang diterima oleh suatu indera.
Rangsangan itu dapat berupa mekanis
(tekanan,tusukan), fisis (dingin, panas, sinar, warna), kimiawi (bau-bauan,
asin, manis, pedas, dsb.). Pada waktu alat atau organ tubuh mendapat
rangsangan, sebelum terjadi kesadaran (sensation)
terjadilah proses fisiologik dalam organ itu. Proses fisiologik itu dimulai
dari reseptor dan diteruskan pada susunan saraf sensorik atau saraf
penginderaan.
3. Proses penginderaan
Rangsangan-rangsangan itu mengadakan
reaksi kimiawi dalam reseptor. Energi yang merupakan hasil dari reaksi itu
diubah menjadi impulsa saraf yang kemudian dibawa langsung ke pusat saraf (otak)
besar atau melalui saraf belakang. Dalam pusat saraf terjadi proses kesadaran.
Jadi proses penginderaan meliputi:
1. Penerimaan rangsangan (stimulus) pada sel-sel peka khusus pada indera ;
2.
Terjadinya reaksi biokimia pada sel-sel peka khusus pada reseptor (energi kimia) ;
3.
Perubahan energi kimia menjadi energi listrik (impulsa) pada sel saraf ;
4. Penghantaran energi listrik impulsa melalui urat
saraf ke saraf pusat (otak);
5.
Interprestasi psikologis dalam saraf pusat untuk menghasilkan kesadaran ;
6. Sikap atau kesan psikologis.
A. SUMSUM TULANG BELAKANG B. UJUNG SARAF PADA GIGI
C. RESEPTOR SARAF PERABA
GAMBAR 1. Saraf, penghangatan
impuls
Jalannya impulsa penginderaan dapat
digambarkan secara sederhana menurut gambar 1. Dalam proses penginderaan,
impulsa itu dialirkan melalu sel saraf.
Rabaan atau pijitan dengan ujung jari
akan menyebabkan rangsangan terhadap reseptor saraf peraba yang berada di bawah
kulit (Gambar 1 C) dan impulsa diteruskan oleh saraf sensori ke sumsum tulang
melalui ganglion.
Di dalam sumsum tulang belakang impulsa
diteruskan ke susunan saraf pusta (otak) dan timbullah kesadaran akan benda
yang diraba atau dipijit. Jika rangsangan atau rabaan itu terlalu kuat,
misalnya terlalu panas atau terlalu tajam, disamping adanya impulsa ke saraf
pusat ada pula impulsa di tulang balakang yang diteruskan secara jalan pintas
ke saraf motoris melalui cabang ventral (Gambar 1 A) dan menggertak serabut
daging didaerah kulit yang terkena rangsangan untuk bekerja. Gertakan seranut
daging ini menghasilkan gerakan refleks yaitu gerakan tanpa sadar, untuk
menghindari benda perangsang. Di dalam pulpa gigi juga terdapat ujung saraf
sensorik yang mengalirkan impulsa dari rangsangan waktu gigi mengunyah atau
rangsangan karena gigi sakit.
4. Sel saraf (neuron)
Sel saraf juga disenut neuron. Neuron ini mempunyai cabang-cabangnprotoplasmik yang keluar dari
badan sel. Impulsa dialirkan secara searah (one
way traffic) Karena melalui cabang-cabang protoplasmik. Karena itu
cabang-cabang protoplasmik sel saraf dibagi menjadi dua kelompok menurut arah
aliran impulsa, Cabang yang mengalirkan impulsa dari ujung luar cabang ke badan
sel saraf disebut dendrit, sedangkan
yang mengalirkan impulsa dari badan sel ke ujung cabang disebut axon.(Gambar 2)
Neuron yang menyususn saraf motoris
disebut neuron motoris, yang
menyususn saraf sensorik disebut neuron
sensorik. Pada neuron sensorik, axon biasanya lebih panjang daripada dendrit dan jumlahnya per sel saraf
adalah kecil, biasanya hanya satu. Axon
itu dibungkus dengan 2 lapisan yang berfungsi sebagai isolator impuls.
Ujung luar axon tidak terbungkus dan membentuk ranting terminal. Ranting
terminal inilah yang menerima impulsa dari sel-sel peka pada reseptor. Reseptor
biasanya mempunyai bentuk yang spesifik dan disusun dalam alat tubuh yang
disebut indera.
GAMBAR 2.
Sel saraf pada manusia
5. Tanggapan (response)
trigeminal
Urat saraf trigeminal
terdiri atas saraf sensorik dan motorik. Saraf sensorik menerima rangsangan
dari daerah muka, kepala, kelopak mata, hidung, dan gigi. Saraf sensorik ini
menghasilkan suatu tanggapan yang disebut trigeminal.
Makanan atau benda-benda berbau yang
merangsang daerah rongga mulut dan rongga hidung merangsang alat indera
pencicip dan pembau. Di samping itu yang berperan penting di dalam penilaian
makanan ialah adanya zat-zat kima yang merangsang ujung saraf sensorik trigeminus. Rangsangan dari zat-zat
kimia inilah yang menghasilkan tanggapan trigeminal.
Karena rangsangan itu berasal dari zat-zat kima tertentu disebut juga
penginderaan kimawi. Penginderaan inilah yang mempunyai sumbangan penting dalam
penilaian menggunakan rongga mulut (pencicipan), sehingga tanggapan terhadap
makanan merupakan campuran dari tanggapan cicip pembauan dan trigeminal.
6. Rasa (flavour)
Rasa makan yang kita kenal sehari-hari
sebenarnya bukan satu tanggapan melainkan campuran dari tanggapan cicip, bau,
dan trigeminal yang diramu oleh
kesan-kesan lain seperti penglihatan,sentuhan, dan pendengaran. Jadi, kalau
kita menikmati atau mersakan makanan, sebenarnya kenikmatan tersebut diwujudkan
bersama-sama oleh kelima indera. Peramuan rasa itu ialah suatu sugesti kejiwaan
terhadap makanan yang menentukan nilai pemuasan orang yang memakannya. Bagi
orang Indonesia yang sudah sejak kecil menenal tempe dapat menikmati enaknya
tempe. Sebaliknya orang Eropa yang belum mengenal tempa tidak akan dapat
memberikan apresiasi terhadap rasa tempe, bahkan mungkin menganggap tempe makanan
yang menjijihkan.
Beberapa ahli membatasi rasa terhadap
makanan sebagai kombinasi dari kesan-kesan atau tanggapan cicip, bau, dan
perabaan, tetapi ada pula yang emasukkan unsur pendengaran. Peranan pendengaran
terutaa terlihat dari penilaian terhadap kerenyahan makanan tertentu seperti
kerupuk, mentimun, keripik, dan sebagainya.
7. Peranan gigi dalam
penginderaan
Di samping penginderaan cicip,
pembauan, dan sentuhan pada permukaan rongga mulut, gigi juga mempunyai peranan
dalam penginderaan, terutama penilaian makanan.
Saraf gigi mempunyai cabang-cabang yang
masuk kedalam pulpa gigi dan juga ke daerah membran gigi (Gambar 1 B). Adanya
rangsangantekanan selama mengunyah dan menggigit, terjadilah rangsangan pada
ujung saraf-saraf tersebut, terutama ujung asraf di daerah membran gigi.
Tanggapan yang dihasilkan dari rangsangan tersebut turut menentukan kesan di
dalam penilaian makanan denan mengunyah.
.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar